Neng Geulis

Malam itu sedikit berbeda. Di malam pertama kali aku ke warteg yang kunamai warteg geulis, karena kau, aku tahu pasti aku akan selalu datang ke tempat itu. Kau jadi pembeda. Kulihat kau duduk diantara seorang pria dan wanita tua yang mungkin keduanya orang tuamu. Dari gelagatmu kutahu. Kau seorang yang pemalu. Kau memiliki air muka yang sendu dan pucat. Kecantikkanmu tidak seperti kecantikan wanita seumurmu. Kecantikkanmu penuh dengan estetika. Kau murung bahkan masih cantik. Kau melayani orang-orang yang datang ke warteg dengan keanggunanmu yang khas.

Aku juga tak melihatmu senyum malam itu. Padahal salah seorang temanku menghampirimu dan menanyai nomor teleponmu. Kau seharusnya tersenyum. Dimana sebelumnya saudara perempuanmu begitu saat ditanyai hal yang sama oleh temanku tersebut. Tapi tidak. Kau dengan dingin berkata kata yang samar.

Sungguh, aku seperti melihat cerminan diriku padamu di pantulan kaca pembatas warteg dan kita.

My Instagram